Home Sastra Sajak-Sajak Dino Umahuk
0

Sajak-Sajak Dino Umahuk

0
Dino Umahuk

Anak-Anak Halmahera

Demi engkau yang seharum dagasuli, layar kusibak
Bulan-bulan kembar, semak-semak teluk, o pariama
Putra ikan hiu tujuh lautan ini berani lari bini
Tiga sampan, dua belas kapak, dua puluh pisau: mahar kubayar
O himange, goguru naro naro
Mari belah pinang di bawah kibaran layar disaksikan para dilikini

Hujan baru usai dan bulan muda tersenyum
Warnanya menggoda sepasang remaja dari jiko arabane
Jamani dai, jamani dai, bercintalah sampai purnama musim ketiga
Biar lahir anak-anak dengan badan sebagus tude
Dengan mata seindah lako riha
Tahu mereka riwayat laut, riwayat moyang-moyang

Kunanti engkau di gerbang taman laut pulau marwah
Bersama lumba-lumba dan arumbai berhias bunga karang
Malam dan hujan musim utara merangkai dendam birahi
O himange, goguru naro naro, ho ma teke paliara
Pinang terbelah di bawah kibaran layar
Jadi tude, lako riha jadi anak-anak Halmahera

 

Ternate, 11 Februari 2011

* pariama = sepasang musim, lari bini = melarikan wanita untuk dikawini, o himange = hadiah sesudah dipinang yang diberikan gadis kepada kekasihnya, goguru naro naro= permainan asmara, dilikini = roh nenek moyang,  jiko arabane = teluk bulan muda, jamani dai = wajah yang pergi ke laut, tude, lako riha = jenis-jenis ikan, arumbai = perahu tradisional, ho ma teke paliara = saling merawat.

 

 

Di Tubuhmu Rindu

Angin malam suaraku Daud
Lagukan padanya nyanyian rindu
Supaya merenung supaya melamun

Air mengalir Adam tubuhku
Diam menghadap Yusuf wajahku
Datanglah cepat dekaplah lekas

Harimau berahi datang melamun
Dialah aku ya latif, akulah dia ya latif
Ular berbisa datang menyimak
Dialah aku ya latif, dia dan aku ya latif

Alayka mahabbatan minnii walitushna’a

Hanya padaku: o… hanya padaku
Kasih sayang datang  melimpah
Serupa Adam kepada Hawa
Serupa Yusuf kepada Zulaikha
Suaraku Daud di tubuhmu rindu

 

Ternate, 26 Juni 2011

 

 

Tentang Perempuan Laut Bernama Wulan

Di kedai ilalang kau bilang padaku:
Dilarang mencintai bunga-bunga
Kusuka itu. Karena sesungguhnya aku lelaki laut
Mencintai perempuan laut berbalut kebaya
Dirimu Wulan, ganggang dan cangkang karang bagi hidupku
Demi helai rumput laut di kepalamu yang rindu kubelai

Di benteng-benteng butuni
Kisah kita pernah terpapar layar
Dari tikaman liar mata pendatang
Juga bajak laut yang merebut segala: tapi tidak engkau
Di matamu biji pasir membutakan hasrat lelaki

Di tapal batas sejarah yang masih tersisa
Kata-kata mempertemukan kita dalam segala
Sebab alam sesungguhnya lebih mencintai perempuan daripada laki-laki
Begitu ceritamu tentang kematian La Bolontio
Bajak laut bermata satu yang mati dibunuh Murhum

Senja ini bila kau lihat matahari menyala, Wulan
Namamu juga menyala di hatiku
Maka izinkan kususui sauh selangkanganmu
Agar amarah pemberontakan ini tak menjelma air mata

 

Ternate, 04 Mei 2011

 

 

Mohabet ‘L-Qulub

Pulanglah pulang perempuanku ke kampung halaman
Kampung dimana ombak dan kata-kata biasa membelaimu
Akan kubelikan kau o bobili enam pasang dari emas
Dan sarung lewi monga dari Koromandel, sutera sari dari Gujarat
Agar kau secantik bunga dagasuli, o terate rorasai

Mari duduk di sini manis, dekatku bersandar bahu
Kita minum o daluku yang merangsang
Biar bulan cemburu dan sinarnya jari merah jambu

Pulanglah pulang perempuanku ke kampung halaman
Akan kusambut engkau dengan salam afalulu
Dengan doa akmaan yang terbit dari mohabetl-qulub
Bersama perahu dan tarian-tarian laut
Serupa riwayat Canga menombak sembilan arah angin
Juga moyang-moyangku yang mahir bermain pedang dan tombak

Mari duduk di sini manis, dekatku bersandar bahu
Akan kubelikan kau o bobili enam pasang dari emas
Dan sarung lewi monga dari Koromandel, sutera sari dari Gujarat
Agar kau tahu lelaki laut tulus dalam bercinta

 

Ternate, 10 Februari 2011

* o bobili = perhiasan emas, terate rorasai = teratai yang indah, o daluku = minuman keras tradisional, afalulu = salam khas suku tradisional, akman = doa selamat, mohabet‘l-qulub = cinta dari kalbu, canga = bajak laut.

 

 

Jojaru Halmahera

Demi riwayat yang lama tersimpan di belukar hutan bakau
Jojaru hal ma hera memendam asmara memerah delima
Mata setajam hiu menikam jantung lelaki tak bisa lari
Menyimpan cinta seperti lumba-lumba
Tahu ia hakikat menjadi bini menjadi istri

Kelak bersumpah setia menjadi ibu bagi segala

Demi riwayat para canga dan armada kapitan gorangu
Jojaru hal ma hera menjaga kelahiran anak-anak kie raha
Kasih serimbun bakau air susu menganak sungai
Di tubuhnya mengalir doa lembut ombak membelai
Ari-ari dalam kelapa gading dirawatnya bersama pelita
Empat puluh hari lamanya tiada sela ia berdoa

Kelak bersumpah setia menjadi ibu bagi segala

Demi riwayat Gamalama dan kelam Danau Tolire
Jujaru hal ma hera bertahta di singgasana
Rambut seikal mayang mengikat hati lelaki tanpa doti-doti
Menari setiap purnama dalam irama tifa se saragi
Tahu ia menyimpan dusta lelaki mengobat sakit hati

Kelak bersumpah setia menjadi ibu bagi segala
Dari rahimnya kata-kata beranak pinak menjadi pusaka

 

Ternate, 10 November 2010

* jojaru = gadis/putri, canga = bajak laut, gurango = ikan hiu, kie raha= empat gunung (Maluku empat gunung), doti-doti = magis, tifa se saragi = tifa dan gong.

Dino Umahuk Dino Umahuk lahir di Maluku Utara. Puisi-puisinya terbit di sejumlah bunga rampai di dalam dan luar negeri. Kini mengajar di Universitas Muhammadiyah Maluku Utara dan staf ahli di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Ternate.

Comments with Facebook

LEAVE YOUR COMMENT

Your email address will not be published. Required fields are marked *