Cahaya Utara
Cahaya Utara
Waktu aku berjalan menuju utara di malam yang dingin,
Bulan pucat mengikutiku
Tatapannya begitu dingin dan tidak memikat hati
Tak suka aku diikuti olehnya
Aku berjalan mengikuti bayang-bayangku di salju
Saat itu bulan berhenti mengikutiku
Saat itu, cahaya itulah yang mengikutiku
Cahaya yang membuatku menengadah ke langit
Langit itu terbentang luas di depan mataku
Membuat bintang serasa meledak di sekitarku
Melihat meteor jatuh yang mengejar kebahagiaan
Lalu aku disambut oleh cahaya itu
Mereka terbentang di atas dan bergoyang
Tanpa kepastian dan dingin, dan menyinariku dengan warna-warna menarik
Mereka menemaniku menyusuri malam itu
Dan aku masih mengikuti bayang-bayangku
Aku tak bertengkar pada cahaya itu tentang siapa yang menciptakan bayangan
Aku juga tak bertengkar tentang siapa yang harus berjalan duluan
Aku diam, dan berharap merubah diriku menjadi suara yang indah
Yang bergema di padang salju
Oleh:
Felisia Limanto, 13 tahun, kelas 8
Tunas Muda International School, Jakarta
(14)
Comments with Facebook
Like this, . . Adk2 sy jg nampakx perlu di bimbing untk sekreatif ini.
Aplousee buwat felisia:-)
jangan hiraukan cahaya itu, aku pun tak pernah perduli, jangan pernah pula kau suguhkan aku lentera,.. karena aku telah berdamai dengan gulita
Aku tak bertengkar pada cahaya itu tentang siapa yang menciptakan bayangan
Aku juga tak bertengkar tentang siapa yang harus berjalan duluan
Aku diam, dan berharap merubah diriku menjadi suara yang indah
Yang bergema di padang salju <— Cerdas nih anak