Bencana Merapi, Solidaritas dari Selatan untuk Utara

Jika bencana meletusnya gunung Merapi di Yogyakarta biasanya disikapi dengan penggalangan dana, tidak demikian halnya dengan Institut Seni Yogyakarta. Fakultas Seni Rupa, melalui Program Studi Desain Komunikasi Visual, Desain Interior, dan Jurusan Kriya, justru melakukan kerja-kerja produksi: penciptaan berbagai perabotan rumah tangga.
Perabotan rumah tangga yang dibuat tersebut diantaranya adalah meja, kursi, rak piring, dan tempat jemuran. Benda-benda yang dibuat dari barang-barang bekas ini diciptakan sejak Senin (7/11) lalu untuk mengantisipasi kebutuhan para korban saat kesulitan membuat atau membeli kebutuhan rumah tangganya.
Widyatmoko “koskow”, salah seorang dosen yang ikut menjadi inisiator kegiatan memaparkan, kegiatan ini telah diketahui dan mendapat izin dari pihak kampus. Sedangkan bahan yang digunakan tidak menggunakan bahan-bahan bekas milik kampus, melainkan dari barang-barang bekas dari beberapa pameran karya seni yang dilakukan mahasiswa.
“Barang-barang bekas tersebut yang dikelola mahasiswa dari DKV (Desain Komunikasi Visual), Interior dan Kriya,” ujar Widyatmoko, Sabtu (13/11), saat ditemui di Institut Seni Indonesia, Yogyakarta.

Selain menciptakan perabotan rumah tangga, mahasiswa dan dosen kampus seni yang berada di kawasan Bantul, Yogyakarta, ini juga tengah mematangkan konsep terkait pelatihan keterampilan pada korban bencana Gunung Merapi. Pelatihan ini ditujukan pada korban yang kehilangan pekerjaan, disamping untuk membantu mengurangi beban psikologis pengungsi agar tak berada dalam situasi tertekan.
“Untuk pembuatan perabot rumah tangga ini, kami membuka diri jika para pengungsi yang merasa jenuh di tempat pengungsian untuk bersama-sama “bertukang” menyelesaikan perabot. Nah, bagi masyarakat atau civitas kampus lain yang ingin membantu monggo (silakan),” kata Aznar Zacky, dosen Desain Komunikasi Visual sekaligus komikus di Insititut Seni Yogyakarta, Sabtu (13/11).
Jadwal pendistribusian perabotan ini belum diketahui secara pasti. Semuanya masih menunggu situasi dan kondisi dari Gunung Merapi. Tapi yang jelas, begitu pemerintah sudah mengumumkan rekonstuksi, perabotan tersebut siap dikirim ke tempat-tempat yang dipersiapkan pemerintah. Pengaturannya juga akan dilakukan bersama petugas-petugas di pos pengungsian.
Aksi dari kampus Institut Seni Yogyakarta ini tak lepas dari wujud balas budi saat gempa bumi yang melanda Yogyakarta pada 2006 lalu.
“Saya ingat ketika Bantul diguncang gempa bumi 2006 silam, kelompok utara (kawasan Sleman-red) datang berbondong-bondong membantu kami yang tengah dilanda duka. Maka tak salah kiranya saat ini kelompok selatan (kawasan Bantul-red) yang datang membantu kelompok utara,” tutur Aznar.
Karena disebutkan sebagai wujud kepedulian Kelompok Selatan ke Kelompok Utara, maka segala bantuan perabotan dan keterampilan ini tidak akan mengatasnamakan kampus.

“Label pengiriman bantuannya nanti tidak atas nama kampus, melainkan dari ‘Kelompok Selatan’. Karena banyak campur tangan lain yang ikut bersama kegiatan ini,” ungkap Widyatmoko.
Beberapa hari ke depan, kampus yang berorientasi pada industri kreatif ini akan dipadatkan dengan kegiatan pembuatan perabot untuk menghadapi masa rekontruksi pasca letusan merapi. Jadi, bagi beberapa masyarakat yang ingin membantu kegiatan ini, baik menyediakan barang-barang bekas seperti kayu maupun menyediakan cat untuk mewarnai perabot, akan sangat diharapkan. Dan tak tertutup juga kemungkinan bagi yang ingin membantu bergabung bersama dosen dan mahasiswa dalam membuat perabot.
(53)
Comments with Facebook